Pada suatu desa dikisahkan ada
sebuah keluarga yang terlihat hidup berkecukupan. Keluarga tersebut terdiri
atas ayah,ibu dan dua orang gadis putrinya. Anak pertama mereka telah lulus SMA
dan memutuskan untuk pergi ke kota. Ia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan
yang layak dan ia berfikir dengan bekerja ia mampu meringankan beban kedua
orang tuanya.
Anak pertama mereka pun berangkat.
Kini tinggallah adik sulungnya yang berada di rumah. Anak kedua sekaligus anak
terakhir ini masih tergolong pelajar SMA, sehingga ia masih harus menempuh satu
tahun lagi untuk bisa bekerja. Walaupun sebenarnya dalam hati ia ingin sekali
seperti kakaknya. Tetapi ia sadar ia masih harus belajar dan terus belajar
untuk menggapai cita-citanya.
Tapi ternyata Tuhan berkehendak
lain, ia mendapatkan sebuah info pekerjaan yang tak jauh dari rumahnya. Awalnya
ia pun bimbang menentukan pilihan, untuk mencobanya atau tidak. Akhirnya ia
memutuskan untuk mencoba melamar pekerjaan tersebut, Alhamdulilah ia diterima.
Hari-hari pun berganti, tak terasa
sudah tiga bulan ia menjalani pekerjaan yang sudah ia tekuni. Tetapi dalam
ketukanannya terkadang ia merasa iri melihat teman-temannya yang bisa tertawa
dengan riang, tersenyum, bermain dan bahagia. Tetapi ia sadar, sekarang ia tak
bisa melakukan hal tersebut seperti dulu karena ia harus disibukkan dengan
pekerjaan yanng ia tekuni.
Dalam hati yang paling dalam ia
ingin sekali kembali melalui hari-harinya seperti yang dulu. Dalam otaknya dia
juga berfikir uang bisa di cari kapan pun, tapi waktu tak pernah bisa di
putar.Tapi sejujurnya ia bimbang menentukan pilihan. Ia bngung bagaiamana
dengan biaya sekolahnya? Ia tahu keluarganya berkecukupan tapi ia malah
tersiksa, karena bathin ia tersiksa di rumah, ia selalu melihat kedua
orangtuanya berantem setiap hari, terutama masalah uang. Inilah salah satu
penyebab ia ingin sekali bekerja. Tapi jauh dari itu bathinnyalah yang tak kuat
menanggungnya.
Tapi apalah daya semua takdir sang Kuasa. Hanya kesabaran yang
mampu ia berikan.
Bersambung ke. . . . . .
Seperti hari biasanya malam itu ia
pulang dari pekerjaannya. Dengan semangat yang menggebu ia pulang dengan tujuan
segera mengerjakan tugas sekolahnya. Hari itu ia memang kerja lembur hingga ia
tidak ada di rumah seharian penuh. Hingga ia segera ia pulang. Tapi apa yang ia
dapat sesampainya di rumah . . . .
DERAI AIR MATAnya pun TERJATUH
Menatap rumahnya yang bagaikan
kapal pecah. Rumah yang tak pernah dibersihkan jika ia tak ada di rumah. Rasa
lapar yang telah ia tahan sejak sore. Tapi apa???? Ia hanya melihat makanan
yang dia rasa tak ingin ia makan. Ia pun memutuskan untuk memasak dengan kayu
bakar dengan di genangi air mata. Air matanya pun terus terjatuh meratapi
hidupnya sendiri.
Hidup berkecukupan bukan berarti
bahagia. Itu yang selalu ada di
pikirannya. Mending ia hidup sederhana namun dia bahagia. Namun ia sadar inilah
takdir. Dengan sabar dan tawakal ia tetap menjalaninya.
Hingga akhirnya ia
terlelap tidur. . . ..
Tak
ada yang pernah tahu kapan kebahagian kan menghampirinya
hanya
doa dan harapan yang mampu ia berikan.......
by:cuzzhy
Komentar
Posting Komentar