Di pagi yang cerah, Zahra mulai
melangkah menuju sekolah barunya. Ia
berjalan menyusuri gang-gang kecil sambil bernyanyi- nyanyi ria,
“tralala.. trilili… hihihihi” sampai-sampai dia sendiri
tersenyum-senyum. Entahlah, apa yang sedang ia pikirkan. 10 menit kemudian,
Zahra tiba disekolah yang lumayan luas dan mewah <bukan mevet sawah lho
ya>. Asli mewah, gedungnya aja berlantai 3. “Wah,,, gedhe’ banget sekolah
aku” ungkap Zahra terkagum-kagum, biasalah gadis desa massuk kota agak katrok
dikit. Perjalanan tak berhenti sampai disitu, Zahra terus melangkah. Nampaknya
sekolah masih agak sepi. Zahra melangkah sambil mencari-cari ruang kelasnya. Ia
juga melewati lapangan basket, taman –taman, dan akhirnya ia sampai di depan
kelasnya. Ya, kelas X 7. Kelas masih sepi, hanya nampak beberapa anak yang baru
datang dan asyik ngobrol dengan teman yang lain.Zahra mendekati seorang cewek
manis berrambut bob yang duduk dibangku pojok depan.
“yoeboseo….”sapa Zahra
Tampaknya cewek berambut bob itu tak mengerti apa yang
disampaikan Zahra, kemudian ia mengulanginya dengan logat Indonesia.
“Hallo…. aku Zahra.”
“hallo juga… Aku Rista. Silahkan duduk ra.” tawar Rista pada
Zahra.
“okey… “ jawab Zahra mengiyakan sambil tersenyum manis pada
Rista, Rista pun membalas senyuman Zahra.
“Kamu bukan orang sini ya?” Tanya Rista pada Zahra
“Bukan, aku pindahan dari luar kota, kok kamu tahu?
“Iya jelaslah, gaya bahasa kamu aja kayak gitu, aku gak
mudheng ra?? Ajarin aku donk ra?? Pinta Rista dengan nada merayu.
“aku suka mempelajari bahasa asing, salah satunya ya ini,,,
bahasa Korea. He….he…. kapan-kapan dech aku ajarin.” Kemudian mereka berdua tertawa lepas. Rupanya walaupun baru kenal, mereka
sudah cukup akrab.Tak terasa bel masuk tlah berdering, seperti biasa awal
ajaran baru diawali dengan MOS alias Masa Orientasi Siswa. Ada 3 orang cowok osis masuk ke kelas Zahra.
Seorang cowok tampan, tinggi, putih, tersenyum pada adek-adek. Zahra langsung
klepek-klepek dech.
“Buat adek-adek kelas X
silahkan menuju lapangan upacra buat apel pagi.” Teriak kakak ganteng
itu. Semua teman-teman langsung
berhamburan keluar.
“Aduh Ris, topi aku ketinggalan??”
“Yah, Ra kamu gimana sich,,, baru masuk pertama udah kelupaan
gitu??”
“Yang gak pakek topi silahkan maju ke depan” teriak seorang
kakak yang ternyata masih kakak yang tadi.
“Aduh Ris, gimana nich”
Belum sempat Rista menjawab Kakak senior tadi sudah berteriak
lagi.
“Adek,, yang rambutnya panjang, kagak pakek topi, cepet maju
ke depan.”
Dengan cembetut Zahra maju ke depan.
“hah, gak asyik banget sich. Hari pertama masuk udah kena
hukuman.” Keluh Zahra.
“Kenapa adek manis, salah sendiri siapa suruh lupa bawa topi”
balas kakak senior tadi dengan ketus.
Zahra hanya mampu diam seribu bahasa dan menuruti apa yang
disuruh kakak senior agar ia tak dimarahi lagi. Sekian lama menunggu… eh
ternyata hanya Zahra yang kagak bawa topi.
“lanjut dach riwayatku,,, malu berrattttt” keluh Zahra lagi.
Kakak-kakak senior OSIS menatapi Zahra dengan sinis. Zahra
berdiri hamper 2 jam di lapangan upacara. Ketika bapak kepsek berpidato di
depan murid barunya, tiba-tiba,,,,
“BRUG……” tubuh Zahra ambrug. Kakak ganteng tadi segera membawa
Zahra ke UKS. Ketika Zahra sadar, kakak ganteng udah pergi ninggalin dia, yang
ada hanya Rista.
“Ra, kamu gak pa apa kan?” Tanya Rista
“Cuma tadi pagi aku belum sarapan ris, n matahari bersinar
cerah banget. Aku gak kuat. Kamu yang bawa aku ke sini?“
“bukan,, kakak senior yang ganteng tadi lho??”
Zahra mengerutkan kening. Keheran-heranan. Ternyata dia baik
juga. Padahal tadi sempet ngomelin Zahra juga.
Sekolah telah
usai , Zahra dan Rista pun segera mengemasi tasnya.
Keesokan harinya, kakak ganteng itu berdiri di depan gerbang, seperti sedang
menunggu seseorang. Zahra tak menggubris, ia tetap melangkah melewati kakak
itu, hingga akhirnya.
“hai Zahra… udah baikan?” sapa Zein pada Zahra sambil
tersenyum manis.
Zahra clingak – clinguk
mencoba cari tahu jangan-jangan ada orang lain di belakangnya yang bernama
Zahra juga.
“kakak manggil aku?”
“Iyalah,, nama kamu Zahra kan? Yang pingsan kemarin. Waktuu
dihukum.”
Zahra hanya mengangguk, ia malu pada kakak itu. pipinya merona
ketika kakak itu mendekatinya.
“Aku Zenito, temen-temen biasa panggil aku Zein… bareng ke
kelas yuk”
Ajak Zein.
Zahra hanya
mengangguk dan tersenyum pertanda setuju, ia langsung berjalan berdapingan
dengan Zein. Tak terasa mereka udah
sampai di depan kelas. Ternyata Rista udah nungguin Zahra dari tadi.
“pantesan, ditungguin dari tadi…. Ternyata…” Rista tak
melanjutkan kalimatnya. Zahra hanya terdiam… dia hanya tersenyum dan pipinya
kelihatan memeraah.
“ihh,,,, apaan sich Ris. Cuma bareng dari gerbang doank?? “
Bantah zein
“Wah,,,, jdi maluuu’’ canda Rista lagi sambil nyolek pipi
Zahra.
“Duluan ya Ra,,, Ris,,,, ntar pulang bareng aku ya Ra” pinta
Zein sambil tersenyum manis dan berlalu meninggalkan Zahra.
Zahra hanya membalas dengan senyuman. Kemudian masuk ke kelas
sambil digodain sama Rista,, teman sebangkunya.
“cie… cie….
Yang abis berangkat bareng Zahra…..” sorak teman-teman Zein saat ia baru
melangkah masuk ke kelasnya.
“Jalan apaan sich… bareng dari gerbang doank”
“loe suka ya Zein sama tuch cewek?” selidik teman-temannya
“iya nich kayaknya. Sejak pertama aku liat dia. Jantung ku
udah berdisko ria. Jadi kangen terus pengen lihat senyumnya tiap hari.”
“Wahhh,,, ada yang kasmaran nich. Buruan tembak zein, ntar keburu direbut orang??
Soalnya ayu gitu??”
Zein hanya tersenyum-senyum pada teman-temannya.
Setelah
pertemuan di Gerbang Sekolah itu, Zein dan Zahra sering pulang bareng, jalan
bareng. Hingga 3 bulan kemudian mereka jadian. Hal ini membuat iri teman-teman
cewek kelas XI dan XII yang udah lama
naksir Zain sejak zaman bahulak tapi dicuekin mulu. Ya, mereka memang pasangan
yang serasi.Zein, cowok ganteng, keren, punya segudang prestasi dan perhatian
banget sama Zahra. Dan Zahra, cewek lugu, cantik,kalem lagi, dia juga sempet
jadi primadona juga sich.
Tapi, sejak ada zein gak ada lagi cowok yang deketin Zahra.Mungkin
karena setiap ada Zahra selalu ada Zein yang selalu menemaninya. Sudah 6 bulan
lebih mereka berhubungan, namun tak pernah terdengar Zahra dan Zein bertengkar.
Mereka selalu saling memberi bukan meminta.
Hingga suatu
hari, Zahra meminta izin pada Zein .
“Zein,, Sabtu besok aku diajak ke rumah kerabat di Malang,
kakak sepupu aku tunangan”
“Aku gak di ajak nich ra?? Gak sekalian, kita ikutan” canda
Zein
“ah,,,,, Zein, kapan-kapan aja dech. Aku janji”
“okey, buruan masuk ya say,,, aku pasti bakal kangen berat
sama kamu.
“NI SE WO
ZUI SHENG AI DI REN Zahra…” kata Zein sambil membelai rambut Zahra
yang terurai panjang dengan menatap wajah Zahra lekat-lekat.
“WO HENG AI NI, HENG AI
HENG AI NI Zein” balas Zahra sambil tersenyum ayu pada Zein. Kemudian Zahra
masuk ke dalam rumah dan Zein berlalu meninggalkan rumah Zahra.
Sabtu sore
Zahra tiba di rumah kerabatnya di Malang, tepatnya di Rumah Bu Dhe-nya. Bu Dhe
dan semua keluarga udah menunggu kedatangan Zahra dan Ayahnya di teras.
“Apa kabar Bu Dhe, Pak Dhe?” Sapa Zahra sambil memeluk satu
per satu dari kerabat mereka.
“Baik nak,,,kamu sendiri? Ayahmu mana nak?”tanya Bu Dhe balik.
“alhamdulillah baik bu Dhe, “
“Ya udah sana, buruan masuk. Cepetan mandi nanti malam
keluarga besar kita akan kumpul. Dandan yang cantik ya nak”
“oke Bu Dhe” jawab Zahra kemudian berlalu meninggalkan Bu
Dhe-nya.
Malam tlah
tiba, keluarga kami tlah berkumpul. Zahra telah bercengkerama dengan kerabat
yang lain karena sudah sangat akrab. Dan tiba-tiba terdengar suara orang
datang.
“pasti itu Nito?” kata bu Dhe
“Nito? Siapa Bu Dhe? Kok aku belum tahu ya?” Tanya Zahra.
Belum sempat menjawab, cowok yang baru datang menyapa kami dengan senyuman
manisnya.
“apa kabar semuanya?” sapa cowok yang sepertinya Zahra kenal.
“Nito sayang,,,, Apa kabar? Wah, kamu tambah cakep aja?” puji
Bu Dhe
Alangkah terkejutnya Zahra melihat ternyata yang baru datang
itu adalah Nito…. Zenito???? Pacarnya yang teramat sangat nemen dia cintai,
ternyata adalah sepupunya sendiri.
“Oh, Tuhan,,,,, ampuni aku??” teriak Zahra dalam hati
Zahra yang tadinya tersenyum kini hanya termenung kaku dengan
raut wajah kecewa.
“Apa ini? Benarkah apa yang telah aku lihat? Aku mencintai
sepupuku sendiri? Lalu bagaimana dengan Ayah? Apa Ayah akan merestui
hubunganku? berjuta-juta pertanyaan memenuhi ruang di otakku” batin Zahra dalam
hati.
Tiba-tiba Zahra pingsan. Semua orang panic, dan membawa Zahra
ke kamar.Ada yang kipas-kipas, ada yang kasih minyak angin, ada yang berdoa dan
Zein ,, Zenito hanya terpaku memandangi wajah Zahra.Ia mengerti betapa
hancurnya melihat kenyataan ini. Seperti syoknya Zein pada waktu pertama kali
mengerti bahwa Zahra ternyata adalah sepupunya.
Hingga suatu waktu Zahra bertengkar hebat dengan Zein dan
semua keluarga melihat pertengkaran mereka
“Apa??? Kalian PACARAN?”
“ya Om, kami PACARAN, saya sangat serius suka dengan Zahra
Om,. Zahra juga mencintai saya.” Kata Zein memelas
“Kalian ini sepupuan?? Mana boleh itu terjadi?” teriak Ayah
Zahra
“Yah, maafin Zahra. Zahra gak tahu kalau Zein itu Zenito?
Sepupu aku sendiri? Yah, kalau Zahra tahu, Zahra gak mungkin akan melankah
sejauh ini. Demi Ayah,,, dan demi keluarga kita, hubungan kita harus sampai
disini Zein. Maafin Aku” kata Zahra dengan nada memelas. Ia menangis
tersedu-sedu dan pergi meninggalkan semua orang.
Buku diary pink hadiah ulang tahun terahir dari mamanya pun ia
ambil.Kemudian Zahra mulai meluapkan emosinya.
Dear Tuhan…
Tuhan, kenapa semua ini bisa terjadi?? Aku begitu
mencintainya. Aku tak dapat hidup tanpa dia., Aku tak yakin aku mampu.Hanya dia
yang bisa menyenangkam hatiku… hanya dia…
Zenito
Mengapa Zein yang aku kenal adalah Nito yang juga pacar
sekaligus sepupu aku??? kenapa begini Tuuhaaannnn? Aku tak tega Ayahku
menderita karena ulahku., Aku tak ingin hubungan keluarga aku hancur… hanya
karena keegoisan aku, hanya karena hubungan terlarangku ini… mungkin kini
saatnya aku berkorbaan. Mengorbankan kebahagiaanku untuk membuat orang lain
bahagia.
Tuhan,,, aku berusaha mengikhlaskan semua,
Walaupun hatiku remuk hancur tak berdaya.
Dan,, Diary Cinta Terlarang inilah akhir dari perjalanan
Cintaku
Selamat tinggal Zenito…
Aku sangat cinta sama kamu
Wo heng ai ni, heng ai heng ai ni
by: kim K.
24/01/13
Komentar
Posting Komentar